Stunting menjadi fokus utama di dunia kesehatan Indonesia, Adapun wilayah-wilayah yang memiliki prevalensi tinggi kejadian stunting salah satunya adalah provinsi sulawesi tengah. Stunting tersebut dapat disebabkan oleh mulifaktor, seperti tingkat pendidikan, pengetahuan, ststus ekonomi, pola asuh dan faktor lainnya. 1000 hari pertama kehidupan menjadi kunci utama untuk mencegah stunting tersebut, baik sebelum hamil, saat hamil, hingga setelah melahirkan.
- Definisi
Stunting merupakan kondisi kronis dimana terhambatnya pertumbuhan disebabkan oleh malnutrisi jangka panjang. Pertumbuhan standar pada anak didasarkan pada indeks panjang badan dibandingkan umur atau tinggi badan menurut umur dengan batas z-score kurang dari -2 SD. Stunting yang terjadi pada masa anak merupakan faktor risiko meningkatnya angka kematian, kemampuan kognitif dan perkembangan motorik yang rendah serta fungsi tubuh yang tidak seimbang, perkembangan motorik yang rendah serta fungsi – fungsi tubuh yang tidak seimbang. stunting pada balita perlu menjadi perhatian khusus karena dapat menghambat perkembangan fisik dan mental anak. Stunting berkaitan dengan peningkatan risiko kesakitan dan kematian serta terhambatnya pertumbuhan kemampuan motorik dan mental1.
- Epidemiologi
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 untuk Nasional, Prevalensi Stunting yaitu sebesar 30,8%, sedangkan untuk data di tingkat Provinsi Sulawesi Tengah prevalensi Stunting berada diangka 32,2%. Berdasarkan hasil Studi Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2019 melaporkan prevalensi stunting secara Nasional 27,7%. Sedangkan prevalensi stunting di Sulawesi Tengah sebesar 31,3% dan termasuk dalam 10 besar data stunting tertinggi di Indonesia. Pada tahun 2021 prevalensi status gizi balita di Provinsi Sulawesi Tengah dengan masalah stunting sebesar 13,8% dari target 21,1%. Prevalensi status gizi balita stunting yang tertinggi pada 12 Kabupaten/kota Provinsi Sulawesi Tengah yaitu berada pada Kabupaten Donggala. Untuk prevalensi masalah stunting pada balita di Kabupaten Donggala yaitu sebesar 23,5%2.
- Cara Pengukuran Stunting
Pengukuran stunting berdasarkan pengukuran TB/U yang dikonversikan dalam Z-score. Pengukuran dilakukan dengan beberapa instrumen seperti lenght board, dan kurva WHO. Adapun kategori status gizi menurut tinggi badan menurut umur sebagai berikut3 :
- Etiologi
Terdapat dua penyebab stunting lainnya yakni penyebab langsung yang disebabkan karena kurangnya asupan gizi dan adanya penyakit infeksi serta penyebab tidak langsung yang disebabkan oleh gizi ibu sebelum dan selama kehamilan. Stunting tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja, tetapi juga terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi, diantaranya yaitu faktor karakteristik orang tua yang terdiri dari pendidikan, pola asuh, pola makan, praktek pemberian makan yang tidak sesuai, pekerjaan, pendapatan, dan jumlah anggota keluarga, kekurangan energi dan protein faktor genetic, kejadian BBLR, penyakit infeksi, sering mengalami penyakit kronis4.
- Faktor resiko
Berikut merupakan beberapa faktor resiko stunting :
- pernah memiliki riwayat lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) yang mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan5.
- rendahnya akses terhadap makanan bergizi, rendahnya asupan vitamin dan mineral, dan buruknya keragaman pangan dan sumber protein hewan6.
- Faktor ibu dan pola asuh yang kurang baik, terutama pada perilaku dan praktik pemberian makan yang kurang memperhatikan asupan gizi kepada anak6.
- Status ekonomi, tidak terpenuhinya gizi masyarakat karena tidak mampu untuk mendapatkan bahan makanan yang bergizi sesuai dengan yang dibutuhan oleh tubuh7.
- kualitas lingkungan hidup yang rendah, seperti yang sering ditemukan pada keluarga berpendidikan rendah dan berpendapatan rendah, ditambah dengan makanan berkualitas rendah dan penyakit yang berulang dapat menurunkan kekebalan tubuh, yang pada gilirannya dapat mengakibatkan kerentanan yang lebih tinggi8.
- Pencegahan
Upaya pencegahan stunting harus dimulai oleh ibu dari masa kehamilan terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan, salah satunya adalah dengan pengetahuan dan sikap ibu tentang pencegahan stunting. Stunting dapat dicegah melalui intervensi gizi spesifik yang ditujukan dalam 1.000 hari pertama kehidupan dan pemenuhan gizi serta pelayanan kesehatan kepada ibu hamil, pemenuhan kebutuhan asupan nutrisi bagi ibu hamil, konsumsi protein pada menu harian untuk balita usia di atas 6 bulan dengan kadar protein sesuai dengan usianya, menjaga sanitasi dan memenuhi kebutuhan air bersih serta rutin membawa buah hati untuk mengikuti posyandu minimal satu bulan sekali910.
Dalam kawasan kumuh perkotaan, intervensi yang dilakukan untuk mengatasi status stunting pada anak adalah :
- Intervensi gizi (suplementasi, makanan yang diperkaya mikronutrien atau makanan pendamping, promosi gizi);
- Intervensi kesehatan (kesehatan reproduksi dan anak (rch) dan imunisasi, dan tunjangan kinerja terkait dengan peningkatan penyediaan dan akses terhadap layanan kesehatan);
- Intervensi wash (program sanitasi dan program cuci tangan berbasis masyarakat);
- Program jaring pengaman (bantuan tunai bersyarat)11.
Referensi :