Tanggulangi Stunting: Menjaga Generasi Emas Melalui Upaya Perbaikan Gizi dan Kesehatan

215
0

Stunting menjadi fokus utama di dunia kesehatan Indonesia, Adapun wilayah-wilayah yang memiliki prevalensi tinggi kejadian stunting salah satunya adalah provinsi sulawesi tengah. Stunting tersebut dapat disebabkan oleh mulifaktor, seperti tingkat pendidikan, pengetahuan, ststus ekonomi, pola asuh dan faktor lainnya. 1000 hari pertama kehidupan menjadi kunci utama untuk mencegah stunting tersebut, baik sebelum hamil, saat hamil, hingga setelah melahirkan. 

  • Definisi

Stunting merupakan kondisi kronis dimana terhambatnya pertumbuhan disebabkan oleh malnutrisi jangka panjang. Pertumbuhan standar pada anak didasarkan pada indeks panjang badan dibandingkan umur atau tinggi badan menurut umur dengan batas z-score kurang dari -2 SD. Stunting yang terjadi pada masa anak merupakan faktor risiko meningkatnya angka kematian, kemampuan kognitif dan perkembangan motorik yang rendah serta fungsi tubuh yang tidak seimbang, perkembangan motorik yang rendah serta fungsi – fungsi tubuh yang tidak seimbang. stunting pada balita perlu menjadi perhatian khusus karena dapat menghambat perkembangan fisik dan mental anak. Stunting berkaitan dengan peningkatan risiko kesakitan dan kematian serta terhambatnya pertumbuhan kemampuan motorik dan mental1.

  • Epidemiologi

Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 untuk Nasional, Prevalensi Stunting yaitu sebesar 30,8%, sedangkan untuk data di tingkat Provinsi Sulawesi Tengah prevalensi Stunting berada diangka 32,2%. Berdasarkan hasil Studi Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2019 melaporkan prevalensi stunting secara Nasional 27,7%. Sedangkan prevalensi stunting di Sulawesi Tengah sebesar 31,3% dan termasuk dalam 10 besar data stunting tertinggi di Indonesia. Pada tahun 2021 prevalensi status gizi balita di Provinsi Sulawesi Tengah dengan masalah stunting sebesar 13,8% dari target 21,1%. Prevalensi status gizi balita stunting yang tertinggi pada 12 Kabupaten/kota Provinsi Sulawesi Tengah yaitu berada pada Kabupaten Donggala. Untuk prevalensi masalah stunting pada balita di Kabupaten Donggala yaitu sebesar 23,5%2.

  • Cara Pengukuran Stunting

Pengukuran stunting berdasarkan pengukuran TB/U yang dikonversikan dalam Z-score. Pengukuran dilakukan dengan beberapa instrumen seperti lenght board, dan kurva WHO. Adapun kategori status gizi menurut tinggi badan menurut umur sebagai berikut3 :

  • Etiologi

Terdapat dua penyebab stunting lainnya yakni penyebab langsung yang disebabkan karena kurangnya asupan gizi dan adanya penyakit infeksi serta penyebab tidak langsung yang disebabkan oleh gizi ibu sebelum dan selama kehamilan. Stunting tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja, tetapi juga terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi, diantaranya yaitu faktor karakteristik orang tua yang terdiri dari pendidikan, pola asuh, pola makan, praktek pemberian makan yang tidak sesuai, pekerjaan, pendapatan, dan jumlah anggota keluarga, kekurangan energi dan protein faktor genetic, kejadian BBLR, penyakit infeksi, sering mengalami penyakit kronis4.

  • Faktor resiko

Berikut merupakan beberapa faktor resiko stunting :

  • pernah memiliki riwayat lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) yang mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan5.
  • rendahnya  akses terhadap  makanan  bergizi,  rendahnya  asupan vitamin dan mineral, dan buruknya keragaman pangan  dan  sumber  protein  hewan6.
  • Faktor  ibu dan pola asuh yang kurang baik, terutama pada perilaku  dan  praktik  pemberian  makan  yang kurang   memperhatikan   asupan   gizi   kepada anak6.
  • Status ekonomi, tidak   terpenuhinya   gizi   masyarakat karena tidak mampu untuk mendapatkan   bahan   makanan   yang bergizi  sesuai  dengan  yang  dibutuhan oleh tubuh7.
  • kualitas lingkungan hidup yang rendah, seperti yang sering ditemukan pada keluarga berpendidikan rendah dan berpendapatan rendah, ditambah dengan makanan berkualitas rendah dan penyakit yang berulang dapat menurunkan kekebalan tubuh, yang pada gilirannya dapat mengakibatkan kerentanan yang lebih tinggi8.
  • Pencegahan

Upaya   pencegahan   stunting   harus dimulai  oleh  ibu  dari  masa  kehamilan terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan, salah  satunya  adalah  dengan  pengetahuan dan  sikap  ibu  tentang  pencegahan  stunting. Stunting dapat dicegah melalui intervensi gizi spesifik yang ditujukan dalam 1.000 hari pertama kehidupan dan pemenuhan gizi serta pelayanan kesehatan kepada ibu hamil, pemenuhan kebutuhan asupan nutrisi bagi ibu hamil, konsumsi protein pada menu harian untuk balita usia di atas 6 bulan dengan kadar protein sesuai dengan usianya, menjaga sanitasi dan memenuhi kebutuhan air bersih serta rutin membawa buah hati untuk mengikuti posyandu minimal satu bulan sekali910.

Dalam kawasan kumuh perkotaan, intervensi yang dilakukan untuk mengatasi status stunting pada anak adalah :

  • Intervensi gizi (suplementasi, makanan yang diperkaya mikronutrien atau makanan pendamping, promosi gizi);
  • Intervensi kesehatan (kesehatan reproduksi dan anak (rch) dan imunisasi, dan tunjangan kinerja terkait dengan peningkatan penyediaan dan akses terhadap layanan kesehatan);
  • Intervensi wash (program sanitasi dan program cuci tangan berbasis masyarakat);
  • Program jaring pengaman (bantuan tunai bersyarat)11.

Referensi :

1. Maywita, E., Putri, N. W. Determinan Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Stunting Bayi 6 - 24 bulan. Jurnal human Care. 2019. Vol. 4(3):173-177.
2. Rahmawati, D., Agustin, L. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dan Pemberian Informasi Tentang Stunting dengan Kejadian Stunting. Jurnal Ilmu Kesehatan. 2020. Vol. 9(1) : 80-84.
3. Dinkes Sulteng. Profil Kesehatan Sulawesi Tengah 2021. Palu : Dinas Kesehatan Sulawesi Tengah, 2021.
4. Anugeraeni, H. A., Nugraheni T. W., Ningsih, T. W. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan Orang Tua Tentang Stunting pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Semanding. Jurnal Keperawatan Widya Gantari Indonesia. 2022. Vol. 6(1):64-72.
5. Rahayu, Y. D., Yunariyah, B., Jannah, R. Gambaran Faktor Penyebab Kejadian Stunting Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Semanding Tuban. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2022. Vol. 10(2):156-161.
6. Trisyani, K., et.al. Hubungan Faktor Ibu Dengan Kejadian Stunting. Jurnal Maternitas Aisyah. 2021. Vol.1(3) : 189-193.
7. Fauzi, M., wahyudin, Aliyah. Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pekerjaan Ibu Balita Dengan Kejadian Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas X Kabupaten Indramayu. Jurnal Seminar Nasional. 2020. Vol.2(1) : 9-15.
8. Soekatri, M. Y. E., Sandjaja, S., Syauqy, Stunting Was Associated with Reported Morbidity, Parental Education and Socioeconomic Status in 0.5–12-Year-Old Indonesian Children. International Journal of Enviromental Research and Public Health. 2020. Vol. 17(17):1-9.
9. Kurniati, P. T. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu Terhadap Kejadian Stunting Pada Balita di Puskesmas Sungai  Durian Kabupaten Sintang Tahun 2022. Jurnal Medika Usaha. 2022. Vol.5(2) :58-61. 
10. Arnita, S., Rahmadhani, Y. W., Sari, M. T. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Upaya Pencegahan Stunting pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Kawat Kota Jambi. Jurnal Akademika Baiturrahim Jambi. 2020. Vol.9(1):6-14.
11. Goudet, S. M., et.al. Nutritional interventions for preventing stunting in children (birth to 59 months) living in urban slums in low‐ and middle‐income countries (LMIC). Cochrane Database Syst Rev. 2019. Vol.6.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *